coordinator@plastikdetox.com

Empowering small businesses to prevent waste

Menanti Wajah Kampus Bebas Plastik Melalui Gerakan Less Plastic Less Trouble

Posted June 29, 2023, 03:01 by Sri Junantari


Stasiun isi ulang air minum yang disediakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Sumber: © Humas Fisip UB

 

Per tahun 2022, Jawa Barat merupakan provinsi ke-4 terbesar penghasil sampah di Indonesia. Setiap harinya, Bandung menyubang 1500 ton sampah yang 16,7% di antaranya adalah sampah plastik. Artinya, dalam setahun Bandung memproduksi 90.180 ton sampah plastik. Sungai Citarum adalah saksi bisu dampak buruk sampah plastik Kabupaten Bandung. Tak jarang masyarakat sekitar mengalami banjir, terkena penyakit kulit, dan gagal panen akibat pencemaran sungai terkotor di dunia tersebut.

Kampus berperan besar dalam menghasilkan sekaligus mencegah sampah plastik di Bandung. Hal ini mengingat banyaknya kegiatan kampus yang membutuhkan logistik tertentu yang umumnya menggunakan plastik. Menyadari hal tersebut, menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir pada 25 Juni 2019 menandatangani instruksi larangan penggunaan air minum berbahan plastik sekali pakai atau kantong plastik di lingkungan Kemenristek dan Dikti, termasuk lingkungan perguruan tinggi. 

Beberapa kampus serta mahasiswa telah mengadopsinya dengan berbagai gerakan. Universitas Lampung dan menerbitkan instruksi rektor terkait pembatasan penggunaan plastik sekali pakai, BEM Universitas Airlangga menginisiasi program kerja Ijo Royo-Royo, Universitas Indonesia mendirikan UI GreenMetric. Sayangnya, gerakan seperti ini belum banyak dilakukan oleh universitas di Kota maupun Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, essay ini ditulis oleh mahasiswi Kota Bandung sebagai salah satu upaya agar kampus turut berperan aktif dalam mengurangi sampah plastik.

 

Inilah strategi less plastik di kampus yang bisa dicoba.

  1. Mendorong Pemangku Kebijakan Kampus Untuk Merumuskan Gerakan Less plastik Less Trouble. 

Tak bisa dipungkiri, rektor dan jajarannya berwenang dalam memberlakukan kebijakan khusus yang bersifat mengikat terhadap seluruh civitas dalam kampus. Oleh karena itu, alangkah baiknya upaya pencegahan bersifat top-down, dimulai dengan pemberlakuan kebiasaan baru.

Gerakan Less plastik Less Trouble dikelola oleh lembaga dalam kampus yang diberi hak otonomi dalam mencegah sampah plastik dalam kampus. Terdapat struktur organisasi yang jelas, logo, dan sosial media, serta pencantuman logo gerakan ini dalam setiap publikasi kegiatan kampus. Hal ini penting untuk meningkatkan awareness massa kampus terkait gerakan ini. Beberapa contoh kebijakan-kebijakan yang dapat diterapkan adalah:

  • Pengurangan penggunaan plastik di kantin. Mahasiswa diharuskan membawa wadah masing-masing. Jika terpaksa harus digunakan plastik maka berikan tambahan biaya yang cukup untuk membuat mahasiswa jera dengan kisaran Rp5.000/plastik sebagai biaya penanganan limbah plastik yang mereka hasilkan. Dengan ini, kepedulian terkait penggunaan plastik dapat ditingkatkan. 

  • Larangan penggunaan air minum dalam kemasan dalam acara kampus. Meskipun aturan ini sudah diberlakukan oleh Menteri Moh. Nasir, nyatanya penerapannya dalam kampus masih sangat kurang. Massa kampus harus beradaptasi dengan selalu membawa botol dan disediakan galon di sudut-sudut kampus yang rutin diganti. 

  • Penyediaan Eco Tote Bag gratis bagi mahasiswa. Plastik menjadi selalu digunakan karena berbagai kemudahannya, seperti murah, mudah didapatkan, dan mudah disimpan. Oleh karena itu, harus ada pengganti plastik yang dapat digunakan oleh mahasiswa dengan kemudahan yang tidak jauh berbeda. Dengan harga kurang dari Rp3.000, tas gratis yang terbuat dari kain ini dapat digunakan berkali-kali dan disimpan oleh mahasiswa. 

Kebijakan dan nilai gerakan Less plastik Less Trouble harus disosialisasikan secara menyeluruh kepada seluruh civitas kampus. Selain dari aturan yang diterapkan, roadmap juga harus sudah dibuat dan disosialisasikan agar semua pihak mengetahui capaian dan urgensi gerakan ini. Perlu dibuat sistem scoring dan apresiasi bagi organisasi yang aktif ikut serta dalam gerakan ini. Pemberlakuan kebijakan-kebijakan tersebut dilakukan secara bertahap untuk memberi kesempatan setiap pihak beradaptasi. 

  1. Campaign Less plastik Less Trouble 

Campaign ini merupakan salah satu bentuk publikasi dan branding kampus dalam membantu Indonesia mengurangi sampah plastik. Sosial media saat ini menjadi alternatif termudah karena kemampuannya menjangkau seluruh pihak terutama anak muda. Sosial media bahkan menjadi platform yang berperan penting dalam pergerakan mahasiswa, misalnya tagar #MahasiswaBergerak pada April 2022 dalam rangka menolak penundaan Pemilu 2024. Kekuatan ini harus dipandang sebagai potensi dalam memperluas gerakan Less plastik Less Trouble. Setiap kegiatan kampus, harus menyebutkan gerakan Less plastik Less Trouble agar lebih banyak orang terlibat. 

Selain itu, bentuk campaign lainnya adalah penggunaan produk-produk hasil pemanfaatan sampah plastik ide mahasiswa. Produk-produk tersebut dapat dipamerkan dalam suatu pameran. Hal ini semakin menunjukkan keseriusan seluruh jajaran kampus dalam mencegah dan mengurangi penggunaan plastik. 

 
  1. Mengedepankan Kerjasama dan Kolaborasi

Gerakan ini hanya dapat sukses jika seluruh entitas dalam kampus mau bekerja sama dan berkolaborasi dalam hal-hal yang sudah disebutkan diatas. Seluruh mahasiswa harus sadar bahwa mencegah penggunaan plastik itu merupakan tanggung jawab bersama. Misalnya dalam pengkajian kebijakan dapat bekerja sama dengan lembaga eksternal yang concern terhadap masalah plastik seperti PlastikDetox for Bali. Penyediaan eco tote bag gratis dalam kampus dapat bekerja sama dengan organisasi yang berbasis lingkungan hidup. Dalam hal kebijakan, setiap organisasi harus berkomitmen dalam menaati kebijakan yang ada. Transparansi dan keterbukaan terhadap kritik juga tidak kalah penting. 

Pada akhirnya, pencegahan sampah plastik pada kegiatan-kegiatan kampus merupakan tanggung jawab setiap individu. Diperlukan kesadaran yang sama untuk dapat menjalankan gerakan Less plastik Less Trouble. Sebuah gerakan yang bertanggung jawab terhadap pemberlakukan kebijakan penggunaan sampah plastik dalam kampus, penurunan nilai kepada seluruh entitas kampus, hingga membuat gerakan ini menjadi trend menarik bagi mahasiswa. 

Penulis: Zaidah Tamimi Nikmah (Juara 3 Sayembara Menulis Kategori Mahasiswa)

Penyunting: Luh De Suriyani (Juri Sayembara Menulis)

 

Serangkaian Hari Bumi 2023, PlastikDetox menyelenggarakan Sayembara Menulis, sebuah kompetisi menulis esai bagi masyarakat umum dan mahasiswa. Sayembara ini bertemakan pencegahan sampah dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kearifan lokal yang berlangsung pada 3-24 April 2023. Kompetisi ini melibatkan jurnalis, aktivis dan co-founder PlastikDetox sebagai dewan jurinya.

 

Sayembara Menulis tidak akan terlaksana tanpa dukungan dari Sponsor-Sponsor berikut.
 


 


Comments

There are no comments

 

Comments are disabled after three months

Other News