coordinator@plastikdetox.com

Empowering small businesses to prevent waste

Training Anggota PlastikDetox: Hadirkan Permainan yang Intim

Posted October 2, 2023, 02:45 by Sri Junantari


Panitia dan peserta training Anggota berfoto bersama seusai menjalani training yang intim dan penuh canda tawa. Sumber: © PlastikDetox

 

Pada Selasa (19/9), tim PlastikDetox yang terdiri dari Anna Sutanto (Co-founder), Sri Junantari (Koordinator PlastikDetox), Sean, Dominggos, dan Raynold (anggota internship),  mendatangi sebuah kafe yang terletak tepat di seberang Terminal Mengwi untuk melaksanakan training bagi anggota PlastikDetox. Kafe ini adalah Kopi Delter, salah satu anggota yang memiliki komitmen yang sama dengan anggota PlastikDetox lainnya, yaitu aksi pengurangan plastik sekali pakai. Training ini dihadiri oleh pemilik Kopi Delter, Bayu Bahari, dan Tri Wahyudi, pemilik Trico Cafe, sebuah kafe yang letaknya tidak jauh dari tempat kami berada saat itu.

Riuhnya suasana kesibukan terminal di seberang mengiringi jalannya kegiatan kami. Bisingnya kendaraan yang berlalu-lalang juga menyentuh gendang telinga. Namun, semua itu tidak mengalihkan perhatian dan konsentrasi kami dari kegiatan training kali ini.

Kami memulai kegiatan dengan sesi perkenalan dengan cara yang unik. Semua yang hadir diharuskan untuk memperkenalkan diri dengan hanya menyebutkan nama. Kemudian, diharuskan juga untuk memperagakan suatu gerakan yang mengisyaratkan hobi masing-masing. Sementara peragaan gerak dilakukan, yang lainnya akan berusaha menebak hobi si peraga berdasarkan gerakannya. Sesi perkenalan ini dipenuhi gelak tawa dari masing-masing kami.

Dalam training kali ini, PlastikDetox menerapkan cara baru yang diharapkan membuat peserta lebih semangat untuk bertukar pikiran. Biasanya dimulai dengan pemaparan materi, kali ini kami langsung disuguhkan sebuah permainan. Permainan ini dinamakan “Gerak Cepat: Pahlawan Dunia Detox”. Peserta yang hadir dibagi ke dalam dua tim. Tim A beranggotakan Dominggos dan Tri Wahyudi, tim B beranggotakan Raynold dan Bayu Bahari. Dalam permainan ini, dilatarkan situasi bumi pada tahun 2045 yang penuh polusi nano plastik. Pada saat itu, kualitas air dan udara sudah menurun hingga mencapai level tak layak konsumsi tanpa proses pemurnian. Kondisi ini pun memaksa manusia untuk mengubah cara hidup dan pengambilan keputusan dalam menjalankan usaha.

Di sini, setiap tim harus melakukan pertimbangan dalam menjalankan usaha. Dengan bermodalkan 10 token (berupa tutup botol bekas yang dikumpulkan oleh Anna Sutanto dari warungnya), peserta diminta untuk menentukan pilihan pembelian modal alam yang ada untuk dapat menjalankan usahanya. Modal alam tersebut terdiri dari air (gelas stainless), oksigen (korek api), dan bahan makanan (ubi) masing-masing seharga 3 token; informasi inovasi terbaru tentang penanganan polusi (pensil) seharga 2 token, kemasan (kertas) seharga 1 token, dan obat alam agar staf dapat tetap produktif selama bekerja walau terpapar polusi (daun pandan) seharga 2 token.

Permainan dimulai. Masing-masing tim mulai dilanda kepanikan dalam menentukan pilihan karena terbatasnya waktu. Semakin mendekati akhir, permainan jauh semakin intens. Dua menit pun berlalu, permainan “Gerak Cepat: Pahlawan Dunia Detox” berakhir. Setelahnya, kedua tim melaporkan pembeliannya masing-masing kepada panitia. Tim A melaporkan pembelian air (satu unit gelas stainless), bahan makanan (satu buah ubi), dan informasi inovasi terbaru tentang penanganan polusi (satu unit pensil). “Kita perlu air untuk hidup dan berpikir, kemudian makanan, juga untuk bertahan hidup, dan informasi inovasi agar tetap bisa menjalankan usaha di tengah kondisi seperti sekarang,” kata Tri Wahyudi sebagai alasan dalam menetapkan pilihan tersebut. Di sisi lain, tim B membeli informasi inovasi penanganan polusi (satu unit pensil) dan memborong obat alam (dua lembar daun pandan). Melihat barang yang dibeli oleh tim B, aku bergumam, "Mereka mau buat farmasi apa gimana sampe borong obat gitu?"

Tidak ada istilah menang atau kalah dalam permainan ini. Permainan ini bertujuan untuk melihat bagaimana setiap pihak mengambil keputusan di tengah situasi yang mendesak. Ternyata, tidak ada yang memilih kemasan (kertas) dalam permainan ini. Hal ini adalah cerminan yang positif karena mengingatkan kita untuk selalu memikirkan ulang pentingnya kemasan yang kita gunakan. Kedua tim lebih mengutamakan hal-hal pokok yang dibutuhkan manusia saat itu seperti air, oksigen, bahan makanan, obat-obatan, juga informasi inovasi penanganan polusi.

Masuk ke permainan kedua, yaitu “Pejuang Dunia Detox”. Permainan ini dilakukan secara individual. Jadi, peserta akan mengambil satu kartu pertanyaan dan lima kartu jawaban secara acak. Masing-masing peserta membuka kartu pertanyaan, lalu harus mencocokkannya dengan kartu jawaban yang paling masuk akal dari beberapa kartu jawaban yang mungkin tidak nyambung dengan pertanyaan. Mendengar kumpulan jawaban absurd yang dilontarkan atas pertanyaan yang ada membuat kami tidak dapat menahan rasa ingin tertawa lepas.
Misalnya saja, ketika mendapat kartu pertanyaan “
Wah, ternyata ada penghargaan berupa uang tunai Rp.2.000.000 dan voucher makan senilai Rp.350.000 untuk staf yang paling getol menerapkan minim plastik sekali pakai di tempat kerja. Apa yang akan kamu lakukan?” Tri Wahyudi menjawab dengan kartu yang bertuliskan “Yakin?”. Mungkin saat itu dia menggunakan insting pelaku usahanya sehingga menganggap hal tersebut tidak mungkin.
Kemudian, Sean yang mendapatkan pertanyaan, “
Mengapa Anda menolak untuk memberikan kantong plastik kepada pelanggan?” menjawabnya dengan kartu “Saya menolak karena kulit saya gatal jika menyentuh plastik.” Kami tertawa mendengarnya, tetapi kami memaklumi karena Sean belum terlalu mengerti Bahasa Indonesia.

Setelah semua permainan selesai, Sri Junantari melakukan pemaparan hasil mini survey yang dilakukan di Instagram story PlastikDetox pada tanggal 13-15 September lalu. Salah satu yang menarik dari pertanyaan dan jawaban dalam mini survey ini adalah pertanyaan "Seberapa perlu Anda menggunakan sedotan untuk minuman dingin jika membeli minuman via aplikasi ojek daring atau pesanan take away?" Pertanyaan ini mendapatkan respons sebesar 46,7% dengan jawaban “Tidak perlu sih sebenernya”, 33,3% menjawab “Sangat tidak perlu”, 13,3% menjawab “Perlu dong”, dan 6,7% menjawab “Dikasi sedotan ya terima, gak dikasi ya gak masalah”. Dari sini, terlihat bahwa mayoritas audiens PlastikDetox telah memiliki perhatian terkait pengurangan plastik sekali pakai. Adapun secara lengkap, hasil dari mini survey ini dapat dilihat di bawah ini:

Sebagai penutup, kami merefleksikan pengalaman yang didapat melalui kedua permainan tadi. Berdasarkan kedua permainan, semua peserta setuju bahwa dalam keadaan mendesak, prioritas kita akan berubah dan cenderung merasa kesulitan dalam menentukan pilihan. Khususnya dalam situasi ketika alam tidak lagi menyediakan segala kebutuhan kita seperti sekarang. Lanjut dalam diskusi, Bayu Bahari selaku pelaku usaha mengakui terkadang kerap mendapat permintaan dari pelanggan yang meminta untuk tetap menyertakan plastik sekali pakai dalam usahanya, misalnya permintaan air mineral dalam kemasan botol plastik dan sedotan plastik.
Kita tidak boleh berasumsi hanya karena 1 atau 2 pelanggan minta sedotan. Caranya biar tahu kebenaran asumsi, kita membuat survei,” Anna Sutanto menimpali. Belum tentu semua pelanggan mengharapkan hal tersebut. Maka dari itu, semua harus berdasarkan data, survei, bukan sekadar asumsi yang hadir karena pendapat 1 atau 2 orang. Dengan mengecek kebenaran asumsi, kita bisa menentukan langkah apa yang tepat bagi bisnis sambil tetap berpihak pada lingkungan.
 

Penulis: Dominggos N. L. Tobing (Pemagang di PlastikDetox)

Penyunting: Anna Sutanto

 


Comments

There are no comments

 

Comments are disabled after three months

Other News