coordinator@plastikdetox.com

Empowering small businesses to prevent waste

Plastik, Pelindung dan Pencemar

Posted March 25, 2021, 00:51 by Dwi

Seorang wanita menerima paket dari belanja daring selama pandemi COVID-19. Sumber: freepik.com

Semenjak wabah virus COVID-19 mulai menyebar dengan pesat, masyarakat  menjadi semakin peka untuk menjaga kebersihan dan keamanan. Di samping itu, himbauan #dirumahaja membuat masyarakat semakin sering menggunakan layanan pengiriman makanan daring serta berbelanja daring karena terkesan lebih praktis dan aman. 

Dengan ini, kita dapat melihat bahwa industri kemasan telah bergeser dan ikut menyesuaikan dengan kebutuhan global. Hal ini tentu melibatkan plastik sekali pakai serta bentuk kemasan lain sebagai solusi untuk menjaga kebersihan dan keamanan produk yang dipesan.
 
Dikutip dari Kontan.co.id, menurut direktur PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) Lukman Hakim menjelaskan, selama masa pandemi COVID-19 terjadi kenaikan penjualan 5%-10% di segmen kemasan makanan dan minuman yang didorong oleh aktivitas pengiriman makanan.

Dengan demikian, hal ini pun memiliki hubungan langsung dengan peningkatan pengiriman makanan daring dari Go-food sebesar 20% hingga sekarang. Vice President Corporate Affairs Gojek Food Ecosystem, Rosel Lavina dalam webinar 'UMKM Berdaya di Masa Pandemi' menyebutkan bahwa, sebagian besar pemicunya disebabkan oleh pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa kota.

 
Hal ini tentu menjadi pemicu peningkatan limbah plastik. Dari pengalaman saya, kemasan makanan yang disediakan untuk melakukan pengiriman makanan daring menjadi semakin tebal dari biasanya. Terdapat plastik yang membungkus kemasan makanan diluar yang biasanya dilengkapi dengan karet, selotip, atau cable ties untuk menjaga agar kemasan makanan yang ada di dalam tetap tertutup rapat dan tidak mudah terkontaminasi.
 
Di sisi lain, aktivitas berbelanja daring yang meningkat di masa pandemi turut ikut serta atas kontribusi peningkatan sampah plastik. Hingga saat ini, transaksi belanja online meningkat sebesar 62 persen. Sedangkan transaksi pengiriman makanan daring meningkat 47 persen. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi berbelanja daring meningkat menjadi 1-10 kali dari yang sebelumnya hanya 1-5 kali per bulan per individu.

Karena peningkatan kedua hal tersebut, jumlah sampah plastik di rumah tangga pun ikut meningkat. Kemasan yang dihasilkan dari berbelanja online biasanya berupa kemasan produk, pembungkus, bubble wrap, dan kantong plastik saat produk dibeli serta selotip.

 
Oleh karena itu, pandemi COVID-19 tidak hanya mengancam kesehatan melalui virus tetapi juga melalui dampak dari sampah plastik yang kita hasilkan selama pandemi. Efek yang dihasilkan dari sampah plastik, mungkin tidak akan terlalu kelihatan sekarang, tetapi cepat atau lambat kesehatan manusia akan terancam berkat siklus hidup plastik baik melalui emisi gas karbon maupun dari mikroplastik.
 
Maka dari itu, sangat penting untuk kita dalam bijak memilih apa yang hendak kita beli dan konsumsi dalam upaya pengurangan sampah plastik. Selain itu, memanfaatkan dan menggunakan kembali kemasan bekas berbelanja daring juga dapat menjadi langkah yang baik untuk mengurangi kontribusi sampah plastik yang akan terbuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Tetapi jika mampu, akan lebih baik untuk membeli barang dari lokasi yang lebih dekat serta memasak makanan sendiri, selain mengurangi kontribusi plastik, kebersihan dan keamanan barang dan makanan pun akan lebih terjamin.

Penulis: Tiara Anggun Pertiwi (relawan PlastikDetox)
Editor: Luh De Dwi Jayanthi (koordinator PlastikDetox)

Comments

There are no comments

 

Comments are disabled after three months