coordinator@plastikdetox.com

Empowering small businesses to prevent waste

Membedah Langkah Empiris Memulai Bisnis Minim Plastik

Posted August 8, 2022, 03:56 by Sri Junantari

Beberapa peserta webinar ketika sesi foto bersama. Sumber: © PlastikDetox.

 

Sabtu, 30 Juli 2022, PlastikDetox bekerjasama dengan Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Bali Nusa Tenggara menyelenggarakan webinar bisnis minim plastik dengan tema, "Selangkah Memulai Bisnis Kecil Minim Plastik yang Mampu Bersaing di Era Digital". Webinar ini bertujuan memberikan informasi kepada peserta terkait langkah demi langkah memulai, menerapkan hingga mengembangkan bisnis kecil minim plastik agar mampu bersaing di era digital. 

Acara yang diikuti oleh 90 peserta dari pelaku usaha hingga pegawai instansi pemerintahan ini menggunakan platform Zoom dan dapat disaksikan di Youtube P3E Bali-Nusra. Peserta tampak antusias mengikuti webinar yang ditandai dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada pemateri.

 

Acara webinar diawali dengan sambutan oleh Kepala P3E Bali Nusra yang diwakili oleh Cokorda Istri Muter Handayani, S.T., M.Si, selaku Kepala Bidang Fasilitasi Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali-Nusra yang sekaligus membuka acara. 

“Semoga webinar hari ini dapat menjadi jembatan bagi pelaku bisnis untuk memulai dari langkah sederhana dan mudah yang disesuaikan dengan kemampuan dan tetap menjadi bisnis minim plastik yang kompetitif,” kata Cokorda Muter dalam sambutannya untuk memberi semangat untuk peserta webinar.

 

Hadir pula dalam webinar kali ini Bakti Widiarti, pemilik dan Direktur PT Yabbiekayu Saloka Harmoni, Bantul yang didapuk untuk memberikan keynote speaker. Bagi Bakti, menjalankan bisnis yang ramah lingkungan lebih banyak keuntungan daripada tantangannya. “Dengan menerapkan bisnis yang ramah lingkungan kita juga berbagi semangat itu kepada pelanggan sehingga mereka senang kembali ke Yabbiekayu,” cerita Bakti.

 

Bagi Bakti, media sosial bukan hanya untuk mempromosikan bisnis tetapi juga tolak ukur pemahaman pegawai terhadap konsep ramah lingkungan. “Kita juga mesti jujur ketika mempromosikan bisnis di media sosial, sehingga pelanggan bisa menyesuaikan ekspektasi ketika datang ke Yabbiekayu,” imbuh Bakti.

 

Selanjutnya ada kedai kopi yang menerapkan konsep ramah lingkungan dapat menjadi nilai tambah di tengah menjamurnya persaingan kedai kopi. “Work Coffee tidak hanya menjual kopi saja, tetapi berusaha menyajikan pengalaman,” ujar Mutia Safira, Community and Partnership Representative, Work Coffee Indonesia yang juga salah satu anggota PlastikDetox di Kota Bandung.

 

Work Coffee memiliki 4 pilar utama ketika beroperasi yaitu menyajikan sumber daya lokal, memaksimalkan energi ramah lingkungan, mewujudkan karbon netral, dan melawan plastik sekali pakai. “Gaji pegawai di Work Coffee dihitung berdasarkan jumlah sampah yang terpilah di akhir shift” cerita Mutia.

 

Nah, mengingat tujuan mengurangi plastik sekali pakai dalam usaha juga dapat dimaksimalkan dengan mengoptimasi keberadaan dan citra usaha lewat digitalisasi. “Digital marketing itu sama dengan marketing pada umumnya, hanya saja berbiaya lebih rendah dan tidak perlu mencetak-cetak file,” kata Angga Maha Putra, Praktisi Desain dan Digital Marketing.

 

Bagi Angga, pasar potensial itu ada di dunia digital sehingga pelaku usaha harus menciptakan citra yang unik yang berkomitmen untuk mengurangi plastik. Angga juga membagikan beberapa praktik terbaik dari digital marketing di berbagai media sosial. 

 

“Ingat digital marketing adalah marketing yang dimudahkan teknologi. Jadi, jangan terlalu terkurung oleh hal-hal yang bersifat teknis. Kalau usaha anda tidak di sana (online) kemungkinan untuk dicari atau ditemukan oleh orang yang mencari itu menjadi lebih rendah,” pesan Angga untuk seluruh peserta sebelum menutup pemaparan materinya.

 

Menjalankan usaha yang minim plastik di era digital memang tidak mudah tetapi bukan berarti mustahil. Bakti dan Mutia sudah membagikan ceritanya menghadapi tantangan mengelola usaha yang minim plastik. Bersama-sama kita punya tanggung jawab untuk mengurangi sampah. Dengan pengendalian diri yang teguh kita bisa memulainya dari hal yang termudah.

 

Penulis: Ni Luh Sri Junantari

Editor: Luh De Dwi Jayanthi

 

Profil penulis: Guru matematika yang suka menulis untuk bercerita.


Comments

There are no comments

 

Comments are disabled after three months

Other News