coordinator@plastikdetox.com

Empowering small businesses to prevent waste

Salah Kaprah Penggunaan Kantong Plastik di Kala Pandemi

Posted July 29, 2021, 01:34 by Sri Junantari with tags covid-19 kantong plastik ojek daring


Dibungkus Plastik - Pesanan makanan Sri Junantari yang diantarkan oleh ojek daring. Sumber foto:  PlastikDetox
Siang itu, saya sedang menunggu ojek daring yang mengantarkan pesanan makanan saya. Saya berdiri di depan rumah sambil melambaikan tangan, memberi tanda kepada pengemudi ojek daring yang celingukan di ujung gang. Saya mengernyitkan alis ketika melihat pengemudi mendekat. Saya dapat melihat pesan saya dikemas dalam kantong plastik.

Ketika pengemudi tersebut hendak menyerahkan pesanan, saya tak dapat menahan diri untuk bertanya. "Pak, ini kok pesanan saya dibungkus dengan kantong plastik ya?" begitulah kurang lebih pertanyaan saya. "Iya, sudah dibungkus pakai plastik langsung dari warungnya". Begitulah jawaban yang saya peroleh. Meski tak puas, saya memutuskan tak mencerca pengemudi itu dengan berbagai pertanyaan yang bercokol dalam benak saya. Saya mengakhiri percakapan dengan pengemudi setelah memotretnya, sesuai foto yang ada di atas.

Jawaban yang diberikan oleh pengemudi tersebut menimbulkan tanda tanya besar dalam benak saya. Selagi menyantap makan siang tersebut, saya mulai teringat obrolan saya dengan seorang teman di Bandung, April yang lalu. Teman saya bercerita, sejak pembatasan kegiatan di Bandung, banyak pelaku usaha yang kembali mengemas produknya menggunakan kantong plastik. Teman saya juga sempat bertanya kepada pelaku usaha, katanya hal ini terjadi karena kebijakan dari pihak layanan pengantaran.

Saya masih ingat sekali ketika membaca cerita tersebut. Saya lantas mengobrak-abrik website layanan pengantaran untuk menyelidiki kebenarananya. Saya memperoleh kenyataan bahwa tak satu ada satu pun layanan pengantaran, Gojek dan Grab ID yang mewajibkan penggunaan kantong plastik. Informasi pertama dari website GoFood, yang memuat komitmen GoFood dalam menjaga keamaan pesanan pelanggan.

Pihak GoFood mencantumkan kebijakan bahwa mitra pengemudi mereka sudah dipastikan sehat lewat pengecekan suhu tubuh dan dilakukan penyemprotan desinfektan pada kendaraan mitra. Poin lainnya menegaskan komitmen GoFood untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam pembatasan kantong plastik dengan menyediakan tas untuk para mitra pengemudi. Pihak GoFood juga menyarankan pelanggan menyediakan wadah atau tempat khusus untuk driver meletakkan pesanan GoFood agar pesananmu tetap aman terjaga sampai di lokasi dan juga tetap bisa jaga jarak aman satu sama lain.
Kebenaran yang sama juga saya peroleh dari website Grab ID. Pihak Grab ID memberikan instruksi yang lebih banyak terkait higienitas produk untuk para mitra pelaku usaha, meski masih sangat umum. Sekali lagi, pihak Grab ID hanya meminta para mitra usahanya untuk mengemas semua makanan dalam kantong lalu menyegelnya agar tidak terkontaminasi.

Tak puas dengan informasi tersebut, saya bahkan menghubungi Pusat Bantuan di aplikasi Grab ID saya. Menurut staf layanan pelanggan Grab ID, pihaknya tetap menyarankan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Grab ID menyarankan penggunaan kantong kertas atau tote bag sebagai pengganti kantong plastik. Terdapat pula informasi tentang menyediakan alat makan sekali pakai hanya atas permintaan pelanggan.

Lantas, mengapa pelaku usaha malah kembali menggunakan kantong plastik? Paling tidak, saya mempunyai dua hipotesis untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dugaan pertama saya adalah pihak layanan pengantaran tak menjelaskan secara detail kepada mitra usahanya bahwa mereka tak merekomendasikan penggunaan kantong plastik. Hal inilah yang menyebabkan salah kaprah penggunaan kantong plastik sebagai pembungkus produknya.
Hipotesis saya yang kedua berkaitan dengan infografis yang bertebaran di awal pandemi tentang lamanya virus dapat bertahan hidup di permukaan benda mati. Kamu tentu masih ingat, waktu itu semua orang mencari cara agar segala sesuatunya menjadi higienis. Entah bagaimana awal mulanya, plastik kemudian dianggap lebih higienis karena dapat digunakan sekali pakai dan harganya yang sangat murah.

Wartawan detikHealth, Khadijah Nur Azizah dalam artikel yang ditulisnya merangkumkan, beberapa bulan berselang, para peneliti menemukan sedikit sekali kasus tertular Covid-19 hanya karena menyentuh permukaan benda yang terkena droplet. Peneliti juga sangat sedikit yang menemukan virus Corona dapat hidup berjam-jam di permukaan benda. Penelitian sedunia lebih condong menganggap transmisi pernapasan atau lewat udara sebagai penularan utama. Akhirnya, WHO pun mengakui bahwa penularan Covid-19 yang paling utama terjadi lewat transmisi udara. Dr. Pooneh Ramezani DDS pun tak lagi merekomendasikan untuk menyeka setiap kemasan produk makanan dari toko begitu sampai di rumah.

Kalau begitu, kenapa  kita lantas harus kembali menggunakan kantong plastik? Di tengah pagebluk Covid-19 ini, kenapa kita harus menambah masalah dengan menggunakan kantong plastik yang sebenarnya tak diperlukan? Ingatlah sayang, segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik. Itu tak hanya berlaku untuk rasa sayangmu kepada pasanganmu. Ketika kamu menggunakan kantong plastik saat tak benar-benar diperlukan, itu hanya akan menyebabkan masalah yang lebih pelik lagi.

Penulis: Sri Junantari (Relawan PlastikDetox)
Penyunting: Luh De Dwi Jayanthi (Koordinator PlastikDetox)

Comments

There are no comments

 

Comments are disabled after three months

Other News