coordinator@plastikdetox.com

Empowering small businesses to prevent waste

Obrolan Saat Membawa Kotak Makan dan Tas Belanja

Posted March 6, 2023, 04:05 by Sri Junantari


Dwi berfoto dengan sepeda sebelum berangkat membeli sarapan untuk keluarganya. Sumber: © Dwi Jayanthi

Pagi ini, aku mengetik tulisan ini di meja kerja. Langit tampak murung diterpa bayu yang tiada henti menghembuskan jutaan percikan air. Kata ahli, ini Siklon Freddy. Ini membuatku selalu terjaga untuk memindahkan jemuran baju ke tempat yang aman dari awan kelabu.

Lebih pagi dari aku menulis kata demi kata ini, aku bersepeda membeli sarapan pagi. Aku bergegas memakai jaket dan topi. Tak lupa, aku menyiapkan empat kotak makan di dalam tas jaring berwarna hitam.

Langkah demi langkah, aku meraih kunci sepeda lalu ke garasi. Setelah kunci ban terbuka, aku menaruh seluruh kotak di keranjang, perlahan menggiring sepedaku keluar gerbang. Aku kayuh sepedaku sambil menyapa tetangga yang tengah sibuk menyiapkan aktivitas paginya di balik pagar. “Hai Wik, mau beli sarapan ya?,” teriak tetangga yang sudah hafal kebiasaanku. Aku pun membalasnya dengan lantang, “Yaa Mek! Berangkat dulu ya!” serta diiringi suara bel sepeda kring…kring...kring.

Aku sangat menikmati suasana pagi melewati hiruk pikuknya kendaraan orang tua yang mengantar anaknya sekolah. Ya, aku harus melewati sekolah dasar sebelum sampai ke warung tujuanku. Seperti biasa, ibu pedagang nasi sudah tahu kebiasaanku. Saya membawa satu tas berisi banyak kotak. Ya, menu favorit keluargaku itu nasi kuning. Demi memudahkan pedagang menyiapkan pesananku, aku menyerahkan kotak yang sudah terbuka ke pedagangnya. Satu kotak, dua kotak hingga kotak ketiga. Beres.

“Bagus Bu, nasinya dikotakin. Jadi rapi,” ujar seorang pembeli yang mengantri di sebelahku. Lanjut pedagangnya juga bilang, “Saya senang sekali kalau semua pembeli bawa kotak sendiri, kan saya jadi hemat kertas dan kresek.” Aku menanggapi keduanya lalu berkata, “Ya Bu, biar gak banyak sampah di rumah. Kalau pakai kotak kan bisa dicuci, lalu besok dipakai lagi. Mari Bu, saya balik dulu.” 

Tukang Sayur


Hasil belanjaan Dwi yang dikemas tanpa menggunakan plastik sekali pakai. Sumber: © Dwi Jayanthi

Selain dikenal oleh pedagang nasi kuning, pedagang sayur langgananku juga sudah tahu kebiasaanku. “Wortel ini tiga ribu, bayamnya dua ribu, tempe lima ribu, total sepuluh ribu. Gak pakai kresek kan?” tanya Ibu Dewa, saat menghitung belanjaanku. Ibu Dewa selalu didampingi oleh suaminya, Bapak Dewa ketika berjualan. Suatu ketika, ketika agak sepi, Bapak Dewa berkata, “Tas kresek sekarang mahal lho, Bu, kalau semua pembeli belanja bawa tas sendiri, saya senang sekali. Gak ada sampah juga kan?” Aku pun menimpalinya dengan senyum dan berkata, “Ayo Pak, dorong pelanggannya biar hemat plastik.” Ajakanku dibalas senyum simpul. Bapak Dewa tampak ragu.

Begitu pula yang terjadi di pedagang ayam potong langgananku. Karena biasanya antri, aku sering kali menitip kotakku di sana lalu bilang, “Bu, dada ayam sepuluh ribu ya, ini kotaknya, nanti saya ambil.” Sangat mudah dan ringkas sekali. Seusai aku berbelanja dari pedagang nasi kuning dan tukang sayur, ayamku sudah terbungkus rapi di dalam kotak. Lebih mudah juga aku masukkan ke tas hitam di keranjang sepeda.

Kebiasaan Kecil

Ada pepatah yang mengatakan, “tidak ada seribu langkah tanpa langkah yang pertama”. Perlahan-lahan aku memulai kebiasaan dari diri sendiri untuk membawa kotak makan dan kantong belanja. Memang awalnya berat karena sering lupa. Maka dari itu, buatlah menjadi kebiasaan. 

Seperti yang dijelaskan oleh James Clear, penulis Atomic Habits, ada empat kebiasaan kecil untuk mewujudkan perubahan perilaku. 

  • Pertama, buatlah benda itu terlihat. Caranya siapkan kotak kosong yang sudah bersih, lalu ditumpuk rapi di atas meja makan pada malam hari. Maka, kamu akan melihatnya saat ke dapur di pagi hari. 

  • Kedua, buatlah menjadi menarik. Agar semakin menambah semangat membawa kotak makannya itu, siapkan saja khusus satu kotak spesial menaruh sarapan favorit di pagi hari. Sehingga sudah terbesit di benak, kalau makananmu itu akan dibeli ketika bawa kotak tersebut. 

  • Ketiga, membuat menjadi mudah dengan cara mulai dari aksi terkecil. Misalkan mulailah dengan kotak beli nasi kuning atau bubur ayam dulu, setelah terbiasa lanjut kotak untuk belanja daging. 

  • Keempat, buatlah kegiatan ini menyenangkan dengan cara berikan penghargaan untuk diri sendiri. Menambah koleksi kotak makan untuk rencana penghematan plastik untuk bahan belanjaan yang lain. Ini bisa menjadi penyemangat hemat plastikmu di hari-hari berikutnya.

 

Penulis: Luh De Dwi Jayanthi 

Editor: Sri Junantari


 


Comments

There are no comments

 

Comments are disabled after three months

Other News