coordinator@plastikdetox.com

Empowering small businesses to prevent waste

Besakih: Bawa Sampah Pulang atau Dibuang ke Jurang

Posted March 28, 2022, 04:36 by Sri Junantari


 

Pemandangan ketika menuju Pura Besakih. Indah sekali, ya? Bayangkan kamu membuang sampah di sana, sayang sekali bukan? Sumber foto: © Ni Wayan Ani Yulinda

 

Bawa Sampah Anda Pulang - Demikian bunyi seruan pada sebuah plang yang menyambut kami di salah satu area parkir di kawasan Pura Besakih, Karangasem. Sambil menerka-nerka situasi yang melatarbelakangi peringatan tersebut, kami yang merupakan kelompok terdiri dari 15 orang dewasa dan kanak-kanak melakukan persembahyangan dari satu pura ke pura lainnya dengan damai pada hari Sabtu yang cerah itu.

Seusai bersembahyang dan kembali ke area parkir, kami membuka bekal yang dibawa dari rumah sembari membeli kopi di warung setempat. Selesai makan, kami bertanya pada ibu pemilik warung lokasi pembuangan sampah di sana. Terbayang tersedia area khusus pengumpulan sampah pengunjung pura. Si ibu lalu menunjuk tebing di sisi kanan warungnya sebagai tempat pembuangan sampah.

 

DEG!

 

Sebagian sampah kami tergolong residu. Kalaupun mau membuang sampah organik berupa sisa makanan, rasanya kurang elok juga main lempar begitu saja ke tebing. Sering mengalami dilema seperti ini, tidak, saat jalan-jalan ke tempat-tempat indah alami di Indonesia? 

 

Setelah mendapat informasi tersebut dari ibu warung kopi, jadi paham alasan pemancangan papan bertuliskan “Bawa Sampah Anda Pulang” itu. Kata-kata itu menghantui selama paling tidak 30 menit perjalanan pulang, dan ini persis yang saya pikirkan saat melihat unggahan viral di media sosial tentang jalur pendakian gunung yang penuh sampah kemasan seperti mi instan, botol plastik air kemasan, kantong plastik beraneka warna, bungkus kopi saset, dan entah apa lagi yang kalaupun kamu mendaki gunung yang sama pada tahun 2075, sampah plastik yang kamu tinggalkan kemungkinan besar masih setia menantimu di sana.

 

Di Indonesia – entah di kawasan perkotaan, lingkungan pedesaan atau di sepanjang bentang alamnya yang difungsikan sebagai tujuan wisata, mengelola sampah tidak sesederhana himbauan “Jangan Buang Sampah Sembarangan”. Sebagian besar sampah yang kita hasilkan masih tercampur belum terpilah dengan baik, sementara pengelolaan sampah yang memadai tidak tersedia secara merata di seluruh daerah di Indonesia.

 

Sampah plastik, kita tahu semua, sebagian besarnya tidak akan lenyap begitu saja. Yang menjadi residu akan selalu jauh lebih banyak daripada yang mampu kita daur ulang secara global. Kita sepakat bahwa mencegah menghasilkan sampah plastik sekali pakai merupakan pilihan utama kita untuk berkontribusi sebagai bagian dari solusi individual dan kolektif krisis sampah plastik dunia. Ini dapat diterapkan secara luas tidak hanya di rumah kita sendiri, tapi juga ketika kita menjadi pengunjung kota, desa, gunung, danau, pantai, laut, sungai atau sawah orang dan spesies lain.

 

Jaga kelestarian alam lingkungan yang kita kunjungi seperti kita menjaga rumah kita sendiri. Jika tak tersedia fasilitas pengelolaan yang memadai di sana, kita bisa tidak ikutan menjadi bagian dari masalah dengan membawa kembali sampah kita pulang. 

 

Untuk dikelola dengan lebih baik tentunya.

 

Penulis: Ni Wayan Ani Yulinda (Co-founder PlastikDetox)

Penyunting: Luh De Dwi Jayanthi (Manajer PlastikDetox)

 

Profil penulis: Tinggal di Kuta, sehari-hari mengurus 4 ekor anjing. Suka kopi, jalan-jalan, wisata kuliner dan memotret.


Comments

There are no comments

 

Comments are disabled after three months

Other News