coordinator@plastikdetox.com

Empowering small businesses to prevent waste

Mikroplastik: Si Kecil Perusak Lautan

Posted March 11, 2022, 02:22 by Sri Junantari



Kesadaranku akan berharganya masa depan untuk diri sendiri dan bumi, membuatku melakukan riset ini saat mengerjakan tugas akhir.  © I Made Satria Wira Perdana

Tiga tahun lalu, aku bersama ketiga temanku melakukan penelitian mengenai keberadaan mikroplastik di Waduk Kaskade (Saguling, Cirata, dan Jatiluhur) yang terletak di Jawa Barat. Kami memilih lokasi tersebut karena ketiga waduk itu dilewati oleh Sungai Citarum yang menurut artikel The Diplomat tahun 2018, sungai ini dijuluki sebagai “The World’s Most Polluted River”. Selain itu, kami mengindikasi akibat adanya kegiatan antropogenik seperti industri tekstil, kegiatan penangkapan ikan, dan pertanian yang dapat mempengaruhi keberadaan mikroplastik hingga masuk ke dalam perairan sehingga dapat berakhir ke laut. 

Sebelum itu mari kita cari tahu apa itu mikroplastik dan mengapa kita perlu mengetahuinya? Mikroplastik merupakan fragmen plastik yang mengalami degradasi dan berukuran kurang dari 5 mm. Degradasi mikroplastik dapat terjadi karena mechanical disintegration, UV-light, dan biological processes. Secara umum mikroplastik dapat dibedakan berdasarkan karakteristik fisik dan kimia. Berdasarkan karakteristik fisik, mikroplastik dapat dibedakan melalui bentuk (fiber, fragment, granule, dan foam), warna (hitam, hijau, kuning, biru, ungu, transparan, merah), ukuran (<300 μm, 300–500 μm, 500–1000 μm, dan >1000 μm) (Cordova et al. 2019). Berdasarkan karakteristik kimia, mikroplastik dapat dibedakan melalui tipe polimernya.

Berdasarkan sumbernya, mikroplastik dapat dibagi menjadi dua yaitu mikroplastik primer dan sekunder. Mikroplastik primer merupakan mikroplastik yang bermula dengan ukuran <5 mm seperti microbeads yang terdapat di produk perawatan tubuh, sedangkan mikroplastik sekunder berasal dari degradasi sampah plastik yang lebih besar. Semakin kecil ukuran mikroplastik semakin tinggi potensi benda kecil tersebut dapat masuk ke dalam tubuh biota terkhusus ikan.

Ukuran mikroplastik yang kecil bisa menyebabkan masuk ke dalam tubuh organisme perairan seperti ikan. Berawal dari ikan yang salah makan atau mikroplastik sudah berada dalam tubuh ikan mangsa yang lebih kecil. Mikroplastik bersifat resisten dan dapat mengikat bahan kimia yang bersifat karsinogenik dan toksik serta dapat menyerap persistent bioaccumulative and toxic compounds (PBT) termasuk persistent organic pollutants (POPs). Apabila ikan yang mengandung mikroplastik dikonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan akumulasi sehingga menimbulkan efek yang belum diketahui secara pasti.

Setelah berhasil mengumpulkan beberapa sampel ikan di Waduk Jatiluhur, kami bergegas menuju laboratorium penelitian untuk menganalisis keberadaan mikroplastik pada sampel tersebut. Tak tanggung-tanggung dari 16 sampel yang kami analisis didapatkan rata-rata sejumlah 46 partikel individu di setiap sampel ikan. 

Hasil ini kemudian dipertanggungjawabkan pada tugas akhir saya yang berjudul Kelimpahan dan Karakteristik Mikroplastik pada Saluran Pencernaan Ikan Tangkapan Dominan di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat. Jumlah ini dapat dikatakan cukup banyak. Ketika menganalisis mikroplastik ini, aku sempat berpikir bagaimana bisa partikel dengan visual secantik dan seindah ini dapat menyebabkan dampak yang serius dan membahayakan di kemudian harinya.

Dugaan kami sebelumnya terkait sumber mikroplastik ini pun semakin terlihat jelas setelah diamati, polimer yang dimiliki oleh mikroplastik ini didominasi dari Nylon dan juga Polyethylene (PE). Menurut Lusher 2017, Nylon umumnya digunakan pada kain, tali pancing, dan jaring sedangkan Polyethylene umumnya digunakan sebagai wadah, kantong plastik, kemasan makanan, dan pipa. 

Melihat adanya kasus ini, tentu kita sebagai penikmat dan penumpang di bumi harus lebih peduli dan bertanggung jawab akan apa yang telah kita lakukan. Kita semua tahu mungkin permasalahan ini cukup kompleks dan rumit untuk dibenahi. Mari kita mulai peduli akan kesehatan dan kelestarian tempat tinggal kita, mulai dari langkah kecil dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan, karena baik untuk bumi juga baik untuk kita semua.

 

Sumber: 

Cordova MR, Purwiyanto AIS, Suteja Y. 2019. Abundance and characteristics of microplastics in the northern coastal waters of Surabaya, Indonesia. Marine Pollution Bulletin. 142:183–188. doi:10.1016/j.marpolbul.2019.03.040.

Lusher A, Hollman P, Mendozal J. 2017. Microplastics in fisheries and aquaculture: status of knowledge on their occurrence and implications for aquatic organisms and food safety. Rome (IT): UN FAO.

https://thediplomat.com/2018/04/indonesias-citarum-the-worlds-most-polluted-river/

Perdana. 2020. Kelimpahan dan Karakteristik Mikroplastik pada Saluran Pencernaan Ikan Tangkapan Dominan di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

 

Penulis: I Made Satria Wira Perdana (relawan PlastikDetox)

Penyunting: Luh De Dwi Jayanthi (manajer PlastikDetox)

 


Comments

There are no comments

 

Comments are disabled after three months

Other News