coordinator@plastikdetox.com

Empowering small businesses to prevent waste

Belajar Strategi Bisnis Bulk Store dari Serba Curah dan Back to Basics Ecostore

Posted November 29, 2023, 02:14 by Sri Junantari

Pegawai Serba Curah berpose di depan produk curah yang berlokasi di Jl. Raya Sesetan No.43C, Sesetan, Denpasar Selatan, Kamis (23/11).©PlastikDetox

Salah satu jenis bisnis yang saat ini mulai populer adalah bulk store. Pelanggan dapat membeli produk dengan harga berdasarkan berat gram atau liter, lalu disimpan pada kemasan (botol/stoples). Hal ini dianggap akan mengurangi kebutuhan dari produksi kemasan plastik yang baru. Jika diterapkan secara masif dan menyeluruh, sistem ini dapat menekan angka produksi sampah plastik sekali pakai secara signifikan.

 


Pegawai Serba Curah menimbang produk curah yang dijual ke pembeli. Produk yang dijual dapat berupa padat maupun cair, Kamis (23/11). ©PlastikDetox
 

Nunung Rachmawati, pemilik Serba Curah menyampaikan bahwa Serba Curah merupakan sebuah social venture yang berarti tujuan bisnis ini bukan semata mencari keuntungan finansial. “Kami merupakan bisnis yang membawa kebiasaan positif, hidup minim sampah kepada masyarakat tanpa membebankan biaya yang besar,” ungkapnya.

 

Tantangan Bisnis Bulk Store

Operasional Serba Curah tentunya tidak dapat lepas dari tantangan dan hambatan. Rachma juga menyampaikan bahwa dalam optimasi sistem bulk store, pemilik bisnis juga melakukan pendekatan dengan mendidik pelanggan yang belum memahami model bisnis bulk store dan membawa lebih banyak orang untuk terlibat dalam aksi ini. 

Untuk melakukan kedua hal tersebut, diperlukan sumber daya pendukung bisnis yang memadai secara kuantitas dan kualitas. Selain itu, peran dari pemerintah (baik itu melalui insentif ataupun regulasi) dalam menunjang operasional dan inisiatif Serba Curah juga masih terbatas. Biaya sewa ruang bisnis yang cukup tinggi juga menjadi tantangan yang dirasakan oleh Serba Curah karena margin keuntungan bisnis yang kecil.

Di samping segala tantangan dan hambatan yang dirasakan, Serba Curah tetap optimis dalam menjalankan misinya. Berbagai strategi dilakukan agar Serba Curah dapat terus beroperasi. Kiat pertama yang diberikan adalah diskon kepada pelanggan yang membawa wadah sendiri. Selain itu, loyalty program juga menjadi kiat yang cukup diunggulkan untuk mempertahankan konsumen,” kata Rachma. Konektivitas dan partnership merupakan hal yang tidak kalah penting dalam upaya mempertahankan bisnis ini. Dengan demikian, cross-selling bisa dilakukan dan bisnis jadi lebih terekspos.

 

Bulk Store di Filipina

Sama halnya dengan Serba Curah, salah satu toko yang telah menerapkan bisnis dengan sistem yang serupa yaitu Back to Basics Ecostore di Quezon City, Metro Manila, Filipina. Toko ini telah beroperasi sejak tahun 2019 dan tentunya tidak terlepas dari berbagai tantangan dan kritik seperti bisnis pada umumnya. Salah satunya saat mereka memperkenalkan konsep ini kepada pelanggan yang belum menyadari masalah polusi plastik dan pentingnya mengurangi sampah.

Penulis berkesempatan untuk mewawancarai Laarnie Cancio selaku co-founder Back to Basics Ecostore via daring. Ia mengakui bahwa selama empat tahun toko ini berdiri, selalu ada kritik tentang penanganan dan sanitasi wadah yang akan digunakan kembali, terutama untuk produk makanan. Dalam mengatasi hal ini, Back to Basics Ecostore meyakinkan pelanggan tentang keamanan dan sanitasi wadah mereka. “Untuk produk makanan, kami menyarankan pelanggan untuk menggunakan stoples kaca daripada plastik. Kalau mereka ingin memakai wadah dari kami, kami meyakinkan mereka bahwa wadahnya sudah steril,” tegasnya. 

Upaya Back to Basics Ecostore dalam urusan sterilisasi juga terbilang tidak main-main. Mereka sampai berinvestasi membeli UV Sterilizer, yaitu alat untuk mensterilkan stoples dengan cahaya ultraviolet yang mampu membunuh kuman, bakteri, jamur, hingga virus. 

Laarnie menyampaikan bahwa tantangan terbesar yaitu meminimalisir penggunaan plastik. “Terutama untuk makanan yang perlu dikemas secara vakum atau ditempatkan dalam kemasan yang lebih aman seperti plastik karena belum ada alternatif lain,” imbuhnya. Back to Basics Ecostore mengakomodasi hal ini namun tetap mendorong pelanggan untuk mengubah pola pikir mereka ke arah praktik zero-waste.

Back to Basics Ecostore menawarkan produk tanpa limbah seperti sabun batangan dan peralatan makan yang dapat digunakan kembali. Toko ini berkolaborasi dengan organisasi lain yang menangani masalah polusi, perubahan iklim, dan pengalihan plastik untuk mempromosikan sirkularitas dan gaya hidup tanpa limbah. Mereka juga mempromosikan pengomposan makanan atau sampah organik dan menawarkan produk di toko mereka dengan menggunakan metode 'Bokashi'. Melalui media sosial, Back to Basics  Ecostore membagikan artikel untuk memengaruhi orang lain dan mengkreasikan praktik zero-waste agar lebih mudah bagi untuk diterapkan semua orang.



Belajar Strategi Bisnis Bulk Store dari Serba Curah dan Back to Basics Ecostore
 

Dukungan Pemerintah

Quezon City merupakan salah satu kota yang pemerintahnya sangat mendukung perwujudan konsep green city, salah satunya melalui proyek “Kuha sa Tingi”. Pemerintah Quezon City bersama dengan Greenpeace Filipina dan ImpactHub berupaya untuk menyediakan alternatif saset dan kemasan plastik lainnya untuk meminimalisir timbulan plastik yang dapat menyebabkan polusi, yaitu dengan menyediakan fasilitas refill/isi ulang praktis dan terjangkau. 

Selain itu, pemerintah Quezon City juga telah bekerja sama dengan NutriAsia pada tahun 2020 lalu untuk mendorong penerapan sistem isi ulang dengan membuka toko BYOB (Bring Your Own Bottle), yaitu toko yang menjual produk bumbu dan saus dengan mengharuskan pembeli membawa wadah/botol sendiri. Dari kedua program ini terlihat bahwa pemerintah memiliki perhatian terhadap masalah polusi sampah plastik di Quezon City.

Peran pemerintah adalah faktor yang penting untuk kelancaran bisnis dengan sistem bulk store. Namun, sebuah bisnis (terlebih mikro) tidak bisa sekadar berharap bantuan langsung dari pemerintah. Tetap harus ada upaya/dorongan/inisiatif dari pelaku bisnis dan masyarakat agar pemerintah menaruh perhatian terhadap hal positif semacam ini. 

Selaku pemerintah, Made Suwena, Penyuluh Lingkungan Hidup Ahli Muda Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 dari Dinas  Lingkungan  Hidup  dan Kebersihan Kota Denpasar menyampaikan bahwa pemerintah sangat mendukung dan siap untuk berkolaborasi dalam menggiatkan prinsip minim sampah dalam bisnis. “Kalau mau menggiatkan hal seperti ini, langkah dari pemerintah saja tidak maksimal karena kita juga ada keterbatasan untuk mengurus semuanya,” kata Suwena saat ditemui di kantornya di Kawasan Lumintang, Kota Denpasar. Maka dari itu, melibatkan organisasi dengan visi dan misi yang sama juga merupakan salah satu hal yang penting dalam mengupayakan keberlangsungan bisnis dengan sistem ini. 

Seperti di Bali, PlastikDetox merupakan sebuah organisasi yang sejak 2012 menjadi mitra bagi para pemilik bisnis mikro-menengah dalam mewujudkan bisnis yang minim sampah, terutama plastik sekali pakai. Saat ini, PlastikDetox sudah memiliki 33 anggota yang tersebar di Bali, Jawa, dan Sumatra. Dengan komitmen meminimalisir penggunaan plastik dalam bisnis, anggota-anggota ini menjadi pelopor dan kontributor penting dalam upaya perwujudan konsep minim sampah di sektor bisnis.

Dalam mewujudkan semuanya, peranan aktif dan sinergi dari seluruh sektor sangat diperlukan. Pelaku usaha/bisnis adalah pihak yang rutin dalam menyumbang sampah. Maka dari itu diperlukan regulasi untuk mengontrolnya dan regulasi ini hanya dapat diterbitkan oleh pemerintah. Namun, pemerintah juga belum tentu bertindak secara langsung tanpa adanya desakan dari pihak luar. Di sinilah organisasi lokal dengan visi dan misi yang sama memainkan perannya, memberi pengaruh, solusi dan inovasi sehingga bisa diimplementasi secara masif oleh pemerintah. Pada dasarnya, tidak ada pihak yang dapat berjalan/bergerak sendiri dalam mewujudkannya. Semuanya harus bersinergi, berkolaborasi untuk visi dan misi yang satu, yaitu keberlanjutan bumi dan ekonomi.

 

Penulis: Dominggos L. Tobing

Saya Dominggos, biasa dipanggil Dom. Saya adalah mahasiswa magang di PlastikDetox dari Prodi Hubungan Internasional Universitas Udayana. Saat waktu senggang, saya suka bermusik.

Editor: Luh De Dwi Jayanthi

 

DAFTAR PUSTAKA

Center for International Environmental Law. “Plastic and Human Health: A Lifecycle Approach to Plastic Pollution - Center for International Environmental Law.” https://www.ciel.org/project-update/plastic-and-human-health-a-lifecycle-approach-to-plastic-pollution/.

Greenpeace Philippines. “Quezon City Leads the Fight against Plastic Pollution through Sari-Sari Store-Based Refill Hubs - Greenpeace Philippines,” June 14, 2023. https://www.greenpeace.org/philippines/story/59569/quezon-city-leads-the-fight-against-plastic-pollution-through-sari-sari-store-based-refill-hubs/.

Patton, Michael Quinn, and Michael Cochran. A Guide to Using Qualitative Research Methodology. London: Research Officer MSF, 2002.

Quezon City Government. “Bring Your Own Bottle (BYOB) Store | Quezon City Government,” n.d. https://quezoncity.gov.ph/program/bring-your-own-bottle-byob-store/.

UN News. “Plastic Pollution on Course to Double by 2030,” October 25, 2021. https://news.un.org/en/story/2021/10/1103692.

World Economic Forum, Ellen MacArthur Foundation and McKinsey & Company. “The New Plastics Economy: Rethinking the future of plastics,” 2016.

 

Comments

There are no comments

 

Comments are disabled after three months

Other News