coordinator@plastikdetox.com

Empowering small businesses to prevent waste

Ada Alam yang Terancam Dibalik Pesta Diskon

Posted April 7, 2021, 05:31 by Dwi


Paket pesanan daring yang siap dikirim ke pelanggan marketplace. Sumber: merdeka.com

Tulisan besar dengan warna terang bertuliskan 1.1, 2.2, 3.3 dan seterusnya sampai 12.12 adalah slogan bulanan dari platform belanja daring. Tim Marketing mereka seakan memastikan semua orang melihatnya, iklan mereka muncul dimana-mana, di website yang saya sedang baca, di TV, Facebook, Instagram dan Youtube.

Iklan ini juga mengambil keuntungan dari keadaan saat ini yang harus di rumah saja dan bekerja dari rumah. Terkadang saya kesal melihatnya, tidak yakin apakah orang lain juga merasakan hal yang sama.

Bukan karena saya ingin membeli barang yang sedang promo tapi tidak punya uang, namun menurut saya belanja daring berkontribusi banyak dalam menyumbang sampah plastik sekali pakai dan ini sangat meresahkan saya melihat kondisi bumi saat ini.

Berdasarkan hasil riset Pusat Penelitian Oseanografi (P20) LIPI tahun 2020 mengenai “Dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar dan Work From Home atau bekerja dari rumah” terhadap sampah plastik di Jabodetabek, yang dilaksanakan pada April-Mei 2020, belanja daring berbentuk paket meningkat 62% dan belanja daring berbentuk layanan antar makanan siap saji naik 47%. 

Berdasarkan informasi dari Validnews.id, frekuensi belanja daring, di mana sebelum pandemi aktivitas belanja daring rata-rata 1-5 kali per bulan, meningkat menjadi 1-10 kali per bulan. Masalahnya, 96% paket belanja daring dibungkus dengan plastik.

Terkadang saya tertarik dengan beberapa barang di toko daring yang tidak bisa ditemukan dimanapun di Bali tempat saya tinggal sekarang. Apa yang saya lakukan untuk menghindari hasrat menekan tombol ‘beli sekarang’ di layar gawai? Saya masukan barang yang saya incar kedalam keranjang, tiga hari kemudian baru saya cek lagi keranjang tersebut setelah memikirkan beberapa hal.

Apakah barang tersebut sangat saya butuhkan? Apakah tidak ada barang pengganti yang bisa dibeli di Bali? Apakah jika tidak dibeli akan berakibat fatal? Apakah ini kebutuhan atau keinginan? Apakah ini kebutuhan primer, sekunder atau tersier? dan 80% setelah menimbang beberapa hal tersebut biasanya saya batalkan belanjaan saya.

Memang beberapa platform sudah menyediakan kolom dimana pembeli bisa meninggalkan pesan. Salah satunya bisa meminta agar barang pesananannya dibungkus dengan kertas, plastik bekas atau pesan ke bagian ekspedisi untuk tidak dibungkus dengan plastik lagi diluar kemasan yang sudah dibungkus oleh penjual.

Saya pernah mempraktekan ini dan barang yang datang tetap dengan kemasan standar. Plastik dan bubble wrap yang terlanjur ke tangan saya saya simpan siapa tahu saya butuh suatu hari nanti, entah untuk apa.

Kalau ada barang yang saya perlukan untuk dibeli biasanya akan saya kumpulkan dan beli sekalian banyak, kemasan besar dan sekali jalan.

Jelas saya dan platform belanja daring mempunyai tujuan berbeda. Mereka menginginkan penjualan sebanyak-banyaknya sehingga roda perekonomian berjalan yang berdampak ke pemilik toko daring di dalamnya, sedangkan saya hanya ingin bumi tempat tinggal kita sehat kembali. Dalam hal ini dibutuhkan tangan pemerintah untuk membantu perorangan dan organisasi seperti PlastikDetox dalam berjuang mengurangi sampah sekali pakai.

Kontribusi saya dalam mengurangi plastik sekali pakai mungkin sangat kecil, namun saya tidak bisa bisa diam saja untuk tidak melakukan apa-apa.

Penulis: Titi Setyo
Editor: Luh De Dwi Jayanthi

 

Comments

There are no comments

 

Comments are disabled after three months

Other News