coordinator@plastikdetox.com

Empowering small businesses to prevent waste

Resiko Penggunaan Botol Plastik PET

Posted May 3, 2022, 06:15 by Sri Junantari

Bahaya minum air dalam kemasan plastik PET. Sumber foto: © hipwee.com

Plastik bukan merupakan benda yang asing bagi kita. Hampir semua barang yang kita punya menggunakan plastik karena harganya yang murah dan kualitasnya yang bagus. Pada dasarnya plastik dikelompokan menjadi beberapa jenis yaitu Polyethylene Terephthalate (PET), High Density Polyethylene (HDPE), Polyvinyl Chloride (PVC), Low Density Polyethylene (LDPE), Polypropylene (PP), Polystyrene (PS), dan  Plastik 7 (Other).

Botol air mineral terbuat dari plastik PET hanya bersifat sekali pakai dan harus di daur ulang setelahnya. Penggunaan botol air mineral lebih dari sekali dapat merusak fisik botol. Penggunaan air panas pada botol air mineral dapat meningkatkan resiko pelepasan zat kimia ke dalam minuman. Botol kemasan dengan kode 1 dari plastik PET tidak bisa digunakan kembali. 

Makin sering digunakan, lapisan botol plastik PET semakin menipis sehingga memudahkan bakteri masuk dan berkembang biak ke dalam botol. Jenis bakteri yang terdapat di dalam botol plastik yaitu ada kuman, jamur dan parasite (mikroba) yang merupakan makhluk hidup yang berkembang biak dalam hitungan menit. Apalagi bila diisi kopi, teh atau minuman lain selain air mineral. Hal ini dapat menyebabkan gejala keracunan makanan, seperti mual, muntah hingga diare. 

Meski tidak terdapat kandungan BPA, botol ini beresiko terkontaminasi bakteri saat digunakan kembali. BPA adalah singkatan dari Bisphenol A adalah zat kimia yang digunakan dalam plastik polikarbonat dan resin epoxy. BPA disebut juga memicu berbagai masalah kesehatan di otak dan kelenjar prostat di janin, bayi dan anak anak. Selain itu, bahaya kimia ini juga dipercaya bisa memicu perubahan perilaku pada anak. Sedangkan pada orang dewasa, BPA beresiko menyebabkan gangguan kesuburan, baik pada wanita maupun pria.

Sebuah penelitian menunjukkan wanita dengan riwayat keguguran berulang memiliki kadar BPA tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang sukses dengan kehamilannya. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pria dengan kadar BPA tinggi memiliki kecenderungan menghasilkan embrio dengan kualitas yang rendah. Pria juga beresiko mengalami kesulitan ereksi dan jumlah sperma yang lebih rendah. Selain itu, penelitian lainnya menyebutkan bahwa BPA meningkatkan resiko hipertensi, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular. 

Berdasarkan studi terhadap hewan, botol plastik yang mengandung BPA dapat mempengaruhi perkembangan otak janin selama dalam kandungan. Ibu hamil dengan BPA tinggi lebih beresiko melahirkan anak perempuan yang mengalami gangguan perilaku, seperti hiperaktif, kecemasan, serta depresi. Resiko BPA ini, lebih mudah dialami oleh bayi dan anak anak karena sistem tubuh mereka belum mampu membuang zat tersebut dari dalam tubuh.  Walaupun penelitian tentang BPA masih sangat terbatas, pengguna BPA telah dilarang di beberapa negara, seperti Kanada, China, dan Malaysia. Larangan ini berlaku umumnya hanya untuk produk khusus bayi dan anak anak.

Menurut BreastCancer.org, BPA merupakan estrogen sintetik lemah yang dapat meniru kerja hormon estrogen dalam tubuh dan mengganggu fungsinya. BPA dapat menghambat atau meningkatkan estrogen dalam tubuh, hal tersebut memicu perkembangan kanker payudara reseptor hormon positif. Singkatnya, paparan BPA pada wanita erat kaitannya sebagai faktor resiko penyebabnya kanker payudara. 

 

Agar terhindar dari risiko gangguan kesehatan dari zat kimia berbahaya, penting untuk memilih botol minuman yang tepat. Sebaiknya, hindari menggunakan botol plastik yang mengandung BPA. Bagaimana caranya? bisa dilakukan dengan memeriksa kode yang terdapat pada botol, yaitu gambar segitiga daur ulang yang biasanya berada di bagian bawah botol plastik. 

Botol plastik yang aman digunakan untuk wadah makanan atau minuman, dan bisa digunakan berulang, adalah yang bernomor 5 dengan kode PP (Polypropylene). Bahan ini adalah jenis plastik terbaik yang bisa digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman karena mampu mencegah terjadinya reaksi kimia dan tahan terhadap panas. Simbol bisa dilihat di bagian bawah botol atau kontainer plastik lainnya. Juga terdapat stiker BPA-Free dan food grade di kontainer plastik.

Membawa botol minuman sendiri memang baik, serta bisa membantu menurunkan risiko dehidrasi karena asupan cairan terpenuhi. Namun, pastikan untuk berhati-hati dalam memilih botol plastik sehingga terhindar dari risiko gangguan kesehatan. 

Jadi, setelah mengetahui tentang dampak penggunaan botol plastik Polietilen Tereftalat (PET), “plastik jenis ini memiliki sifat bening dan teksturnya bisa diandalkan sehingga cocok untuk penyimpanan sekali pakai”. Tetapi juga tidak cocok digunakan untuk mengemas sesuatu yang bersuhu panas karena akan berdampak sangat buruk untuk kesehatan. Oleh karena itu, dihimbau untuk menggunakan botol plastik Polipropilen (PP) yang dimana plastik jenis ini tidak mudah terkontaminasi bahan kimia, kuat, dan tidak mudah meleleh. Plastik jenis ini cukup aman, karena selain tidak mudah terkontaminasi, ini juga tidak memengaruhi zat yang terbungkus olehnya.

 

Penulis: Rygofandra Imanuel Manurung (Relawan PlastikDetox)

Penyunting: Dwi Jayanthi (Manajer PlastikDetox)

 

Profil penulis: Mahasiswa


Comments

There are no comments

 

Comments are disabled after three months

Other News